TIMES MAKASSAR, MAKASAR – Kampung Adat Malasigi di Distrik Klayili, Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya kini menjadi destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi.
Bahkan, tempat tersebut kini menjadi sumber penghidupan masyarakat berkat pengembangan wisata berbasis kearifan lokal dan pelestarian hutan.
Hal ini disampaikan oleh Menase Fami, Kepala Kampung Malasigi dalam sesi Local Hero pada kegiatan Media Gathering Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (23/6/2025).
Menurut Menase, transformasi Kampung Adat Malasigi tak lepas dari program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Pertamina EP Papua Field, Zona 14 Regional Indonesia Timur. Melalui program “Mata Hati Malasigi”.
Dia bercerita, dahulu warga di kampungnya hanya menggantungkan dengan berburu dan menjualnya ke kota. Disamping itu, mereka juga melestarikan hutan dan budaya lokal sekaligus mengelola potensi wisata secara mandiri.
“Dulu kami hanya hidup di hutan, berburu. Tapi sekarang, berkat adanya kegiatan ini, anak-anak bisa sekolah dengan beasiswa, masyarakat mendapatkan penghasilan tetap dari wisata. Setiap bulan, lembaga pengelola hutan kampung memberikan insentif Rp1,5 juta untuk petugas kebersihan dan pemandu wisata,” kata Menase.
Dia menyebutkan, masyarakat Malasigi memaknai hutan sebagai ‘mamak’ atau ibu, tempat mereka bergantung hidup. Oleh karena itu, menjaga hutan adalah menjaga kehidupan untuk lebih baik.
“Kami kerja dengan semangat, tanpa memikirkan uang. Kami swadaya membangun toilet, menara pengamatan burung, bahkan genset. Tahun 2022, Pertamina membantu kami dengan panel surya dan akses air bersih,” tuturnya.
Program Mata Hati Malasigi juga mendorong pengembangan energi terbarukan dan inovasi lokal seperti pembangkit listrik tenaga surya, filter air dari pelepah pisang, serta pelatihan pengelolaan wisata berbasis masyarakat.
Diterangkan dia, Kampung Adat Malasigi menyimpan banyak potensi wisata, mulai dari lima jenis burung cenderawasih endemik, sumber air panas, gua alam, hingga kerajinan tangan seperti anyaman.
Bahkan, salah satu anyaman khas Malasigi pernah dikalungkan langsung kepada Presiden RI dalam kunjungan kenegaraan. "Itu buatan mamak-mamak kampung kami," ujarnya, bangga.
Berbagai inovasi dan komitmen tersebut mengantarkan Kampung Adat Malasigi meraih Juara 1 Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) kategori Desa Perintis.
Meski sudah menjadi wisata, Kampung Adat Menase menemui permasalahan yang cukup serius. Wilayah tersebut, kata Menase terancam oleh ekspansi perusahaan sawit.
“Beberapa bulan lalu, ada perusahaan yang mulai masuk membawa rencana alih fungsi hutan menjadi perkebunan sawit. Kami menolak. Hutan adalah ibu kami. Kami ingin hidup dari potensi wisata dan menjaga alam, bukan merusaknya,” tegas Menase.
Dengan semangat menjaga hutan dan budaya, Menase Fami terus mendorong masyarakat Malasigi agar tidak tergoda oleh janji sesaat. "Hutan bukan sekadar sumber daya, tapi warisan leluhur yang harus dijaga demi generasi masa depan," tutupnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Menase Fami, Mutiara Hitam dari Papua yang Menjaga Hutan dan Menghidupkan Kampung Adat Malasigi
Pewarta | : Akmalul Azmi |
Editor | : Deasy Mayasari |