TIMES MAKASSAR, PROBOLINGGO – Lautan pasir Gunung Bromo menjadi panggung megah pertunjukan seni budaya Eksotika Bromo 2025. Event kedelapan kali ini menyajikan beragam seni tradisi. Sekaligus menyuarakan harmoni antara manusia, alam dan spiritualitas.
Eksotika Bromo pertama kali digelar pada 2017, diselenggarakan oleh komunitas JatiSwara. Tahun ini, komunitas tersebut menggandeng Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Penampil dari berbagai daerah di Indonesia turut serta menyemarakkan festival seni dan budaya ini
“Tahun ini, TNBTS tak hanya mendukung. Tapi juga ikut menjadi penyelenggara bersama JatiSwara,” ujar Heri Lentho, pembina komunitas JatiSwara, Minggu (22/6/2025).
Eksotika Bromo 2025 adalah sebuah perayaan yang menyatukan denting gamelan, irama campursari, hingga perkusi tradisional dari berbagai daerah. Semua itu menyatu dalam suasana magis pegunungan.
Harmoni bunyi yang mengalun di tengah lanskap megah Bromo menjadi simbol kuat pertemuan lintas budaya. Semua itu melebur dalam semangat kebersamaan. Salah satu suguhan utama tahun ini adalah Festival Perkusi Jawa Timuran. Menyajikan berbagai alat musik pukul tradisional dari penjuru Jawa Timur.
Musik Tong Tong dari Madura akan tampil. Juga perkusi khas Tengger. Permainan musik asli khas Suku Tengger, masyarakat yang mendiami empat kawasan lereng Bromo.
Musik perkusi khas Tengger pun sarat nuansa spiritual. Membawa pesan mendalam tentang hubungan manusia dengan alam dan leluhur.
Ruwat Rawat Segoro Gunung
Mengusung tema Ruwat Rawat Segoro Gunung, Eksotika Bromo 2025 mengajak masyarakat untuk merenungkan pentingnya menjaga keseimbangan alam dan warisan budaya.
“Ruwat” dimaknai sebagai bentuk pembersihan dari energi negatif. Sementara “Rawat” menjadi simbol pengabdian. Yakni untuk melestarikan apa yang telah diwariskan oleh nenek moyang.
"Segoro Gunung" menyimbolkan lautan pasir dan gunung-gemunung. Juga berbagai lanskap perbukitan di Bromo sebagai pemberi hidup bagi masyarakat sekitar. Juga sebagai pencetus munculnya peradaban Tengger yang adi luhung.
“Yang paling khas dari Eksotika Bromo tentu saja pertunjukan kolosal Kidung Tengger,” tutur Afifa Prasetya, ketua penyelenggara acara tersebut.
Pertunjukan itu mengangkat legenda rakyat Joko Seger dan Roro Anteng dalam bentuk sendratari megah. Melalui gerak tari yang anggun dan musik tradisional, kisah cinta dan keteguhan masyarakat Tengger disuarakan kembali di tengah alam Bromo yang sakral.
Untuk membantu pelestarian lingkungan, setiap pengunjung yang hadir dalam event tersebut diwajibkan membawa satu bibit pohon.
Bibit-bibit itu akan ditanam di lingkungan lereng Bromo pada musim hujan. Praktiknya, TNBTS bisa berpartisipasi bersama JatiSwara dan masyarakat sekitar. Sebagai sarana penghijauan. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Kala Lautan Pasir Jadi Panggung Megah Eksotika Bromo 2025
Pewarta | : Lely Yuana |
Editor | : Ronny Wicaksono |