TIMES MAKASSAR, JAKARTA – Jumlah korban meninggal dunia akibat kelaparan di Gaza sudah lebih dari 175, dan tragisnya 93 di antaranya adalah anak-anak dibawah umur.
Juru bicara PBB mengatakan bencana yang "tak terpikirkan" sedang berkembang di Gaza.
"Israel menghalangi pengiriman bantuan karena banyak orang kelaparan dan rute konvoi tidak bisa dilalui," kata Olga Cherevko.
"Pasukan Israel sengaja menghalangi pengiriman makanan sementara kekurangan gizi dan kelaparan meningkat di seluruh wilayah kantong Palestina," jelasnya dalam wawancara yang disiarkan pada hari Sabtu.
Cherevko, yang mewakili Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), menjelaskan bagaimana konvoi bantuan tertahan selama berjam-jam di pos pemeriksaan Israel.
"Satu konvoi membutuhkan waktu 18 jam untuk menempuh jarak dari Deir al-Balah ke Kerem Shalom – jaraknya hanya 24 kilometer," ujarnya. "Kami diberi rute yang berbahaya, rute yang tidak bisa kami lewati, rute yang padat," ujarnya.
Keputusasaan telah mencengkeram wilayah Palestina yang berpenduduk lebih dari 2 juta jiwa itu, yang menurut para ahli berisiko dilanda kelaparan karena blokade Israel dan serangan selama hampir dua tahun.
Hari Minggu (3/8/2025) kemarin, tentara Israel juga telah sengaja membunuh lebih dari 23 orang yang sedang kelaparan dan mencari makanan di Gaza.
Tiga saksi mata Palestina yang sedang mencari makanan di Teina dan Morag mengatakan kepada The Associated Press bahwa penembakan terjadi di rute menuju titik distribusi, yang berada di zona militer yang dijaga ketat oleh pasukan Israel.
Mereka mengatakan melihat tentara menembaki kerumunan yang kelaparan yang bergerak maju ke arah pasukan.
Menurut pejabat rumah sakit dan saksi mata, mereka menggambarkan bahwa warga Palestina itu menghadapi tembakan langsung saat kerumunan orang yang sedang lapar menyerbu ke sekitar lokasi bantuan.
Yousef Abed yang sempat bersda diantara kerumunan orang dalam perjalanan menuju titik distribusi, menceritakan pengalamannya menghadapi apa yang disebutnya tembakan membabi buta, melihat sekeliling dan menyaksikan sedikitnya tiga orang berdarah di tanah.
"Saya tidak bisa berhenti dan membantu mereka karena peluru," katanya.
"Pasukan berusaha mencegah orang-orang maju. Mereka melepaskan tembakan dan kami melarikan diri. Beberapa orang tertembak," tambah Hamza Matter, salah satu pencari bantuan.
Sampai hari ini, menurut Kementrian Kesehatan di Gaza, jumlah korban meninggal dunia keseluruhan akibat permusuhan di Gaza sejak Oktober 2023 telah meningkat menjadi 60.430, dengan lebih dari 148.000 orang terluka.
Kementrian tersebut mengungkapkan, setidaknya 175 orang, termasuk 93 anak-anak, meninggal dunia akibat kelaparan di Jalur Gaza.
"Enam kematian akibat kelaparan dan kekurangan gizi dilaporkan selama sehari terakhir," katanya, seraya menambahkan bahwa jumlah keseluruhan kematian tersebut "telah mencapai 175, termasuk 93 anak di bawah umur."
Disebutkan, bantuan kemanusiaan dari organisasi kemanusiaan internasional dan struktur PBB belum mencapai Jalur Gaza sejak 2 Maret, karena Israel menutup semua pos pemeriksaan.
Sejak Mei lalu, dengan didukung Amerika Serikat, Israel telah menerapkan skema baru mengelola bantuan bagi penduduk Gaza, yang secara praktis mengalihkan hak eksklusif untuk mendirikan pusat distribusi dan menyediakan makanan serta barang-barang penting kepada Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF).
Berdasarkan rencana tersebut, semua organisasi internasional yang terlibat dalam upaya bantuan, termasuk badan-badan PBB, akan beroperasi sepenuhnya melalui GHF.
Sejak bulan Maret itu, Israel juga melanjutkan operasi tempur di Jalur Gaza, sehingga mengakhiri gencatan senjata yang telah berlaku di wilayah tersebut sejak Januari 2025.
Beberapa putaran perundingan yang dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan AS gagal menghasilkan kesepakatan baru.
Sementara itu dari Australia, Menteri Luar Negeri Australia, Penny Wong mengatakan penderitaan dan kelaparan warga sipil di Gaza harus diakhiri.
Kementerian Kesehatan Gaza juga menyatakan enam warga dewasa Palestina lainnya meninggal dunia akibat malnutrisi di Jalur Gaza dalam 24 jam terakhir. Hal ini menjadikan jumlah kematian warga dewasa Palestina menjadi 82 dalam lima minggu terakhir sejak kementerian mulai menghitung kematian di kalangan warga dewasa pada akhir Juni, ungkapnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Korban Meninggal Karena Kelaparan Makin Banyak di Gaza, Sebagian Besar Anak-anak
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |