TIMES MAKASSAR, JAKARTA – Petugas Pos Gunung Api (PGA) Gunung Marapi, Teguh Purnomo, mengungkapkan bahwa sejak 2022 hingga sekarang, sudah terjadi tiga kali kasus pencurian peralatan pemantau aktivitas gunung api di wilayah Kabupaten Agam dan Tanah Datar, Sumatera Barat.

“Sejak 2022, kami mencatat setidaknya tiga kali peralatan pemantauan Gunung Marapi hilang akibat dicuri,” kata Teguh di Bukittinggi, Minggu (20/7/2025).

Dari kejadian-kejadian tersebut, baterai stasiun pemantauan menjadi komponen yang paling sering raib. Akibatnya, stasiun yang kehilangan baterai otomatis tidak berfungsi, sehingga pengumpulan data dari sisi timur maupun selatan Gunung Marapi menjadi sangat terbatas.

Meski begitu, PGA masih bisa memantau aktivitas gunung melalui stasiun pemantauan lain yang masih berfungsi. Secara keseluruhan, terdapat sembilan stasiun pemantauan yang dipasang di berbagai titik untuk merekam data kegunungapian.

Menurut Teguh, sembilan stasiun tersebut sudah mencakup seluruh sisi arah mata angin dan dinilai cukup ideal untuk mendeteksi aktivitas vulkanik, termasuk pergerakan magma dari Kawah Verbeek, dapur magma utama Gunung Marapi.

“Dengan sembilan titik ini, kami bisa memantau aktivitas kegunungapian dari seluruh penjuru,” ujarnya.

Peralatan yang dipasang antara lain seismograf, yang merekam getaran gempa bumi dan aktivitas vulkanik akibat tekanan magma yang bergerak ke permukaan. Selain itu, ada juga peralatan deformasi seperti tiltmeter, yang memantau perubahan bentuk gunung akibat tekanan magma. Ketika tekanan meningkat, gunung akan sedikit mengembung dan tiltmeter merekam data tersebut. Sebaliknya, jika suplai magma berkurang, alat ini juga mendeteksi terjadinya pengempesan atau deflasi. (*)